aaaaa..
Besok ujian Ilmu Bahan Makanan dan belum selesai belajar, tapi
nekat nulis gini.
Sebelumnya terima kasih kepada para peminjam, terutama orang yang
telah meminjam helm yang tidak saya ketahui wujudnya karena telah 'memaksa saya
untuk menulis ini di saat seperti ini..
Oke, berdasarkan pengalaman buruk tentang perpinjaman barang,
meminjam dapat saya artikan sebagai suatu kegiatan mengambil hak orang lain
atas suatu barang untuk sementara yang seharusnya dilakukan dengan ijin, nasib
barang pun harus jelas dan salah satu yang tak kalah penting seharusnya
dikembalikan.
Berdasarkan pengartian kata yang saya berikan terdapat kata kunci
penting: pinjam, ijin, dan kembali.
Sudah cukup sering saya merelakan barang yang saya pinjam
berpindah tangan selamanya, tidak saya ketahui keberadaannya, dihilangkan, atau
apalah namanya, yang jelas barang tersubut tidak pernah kembali. Tentu saja
sangat mengesalkan.
Salah satu contoh dari pengalaman saya mengenai barang yang
'digelapkan' oleh peminjam adalah saat saya meminjamkan pensil mekanik
kesayangan saya. ya, pensil mekanik kesayangan. Pensil mekanik dengan tipe yang
sama seperti pensil mekanik yang saya bawa saat saya menempuh berbagai ujian,
sangat spesial. Namun, pensil tersebut hilang dan saya kembali membeli pensil
yang persis dan dihilangkan oleh seorang pembeli. Haruskah saya membeli untuk ketiga
kalinya (kali ini karena orang lain yang menghilangkan)?
Ketika saya menagih pensil tersebut beberapa jam setelah dia
meminjam, dia menjawab pensil saya tertinggal di kosnya dan akan dia kembalikan
keesokan harinya. Keesokan harinya, dia berkata entah ada dimana pensil
tersebut, tetapi dia akan mengganti dengan yang sama). Saat bertemu kembali,
dia masih mengatakan hal yang sama dengan sebelumnya, dan hingga saat ini masih
belum terlihat pensil mekanik yang saya sukai itu muncul dihadapan saya.
Peristiwa lain yang tak kalah menyebalkan yang terjadi hari ini
tentang meminjamkan barang adalah saat helm saya dipinjam (atau dicuri
sementara?) oleh orang yang tidak saya ketahui. Saya biasa meletakkan helm di
luar kamar kos saya, begitu juga kakak saya. Hari ini seperti biasa kakak saya
datang dan menitipkan helm di dekat kamar kos saya, berarti terdapat dua helm.
Siang hari, ketika saya bersiap membeli makan siang, terdengar suara dariluar
pintu. Ya, salah satu penghuni kos yang tidak begitu saya kenal mengetuk pintu
kamar saya. Dia bertanya, apakah saya akan pergi keluar menggunakan helm. Saya
menjawab ya, dan orang tersebut kembali ke kamarnya. Tak berselang lama, saya
pergi membeli makan siang sekitar 10 menit (saya memakai helm karena kepala
saya memang satu, satu helm saya tinggal di kos). Ketika saya kembali setelah
membeli makanan, helm saya menghilang. Ya, tidak ada di tempat bukan karena
jatuh atau apa, lebih tepat lagi, helm saya tidak berada di kos.
Sempat terpikir oleh saya, teman kos yang mengetuk pintulah yang
meminjam, namun entahlah. Anggap saja saya tidak tau (karena memang saya tidak
mengetahui secara pasti siapa tersangka pencurian sementara itu). Saat kakak
saya kembali ke kos say untuk sholat, helm tersebut masih belum kembali. Namun,
sekitar satu jam kemudian, kakak saya kembali ke kos saya untuk mengambil helm
dan pulang. Begitu memasuki kamar saya, kakak saya bertanya, "jadi, siapa
yang minjem helm?"
Awalnya saya bingung dengan pertanyaan tersebut, lalu kakak saya
menjelaskan bahwa helm sudah kembali. Saya pun menjawab tidak mengetahui hal
tersebut karena faktanya memang orang tersebut tidak mengetuk atau memberi tau
saya atau meminta maaf atau berterima kasih.Setengah jam setelah kakak saya
pulang (kembali hanya terdapat satu helm), saya keluar untuk memcuci piring
kotor. Saat itu saya tidak melihat ada helm di tempat saya biasa meletakkan
helm. Ya, sepertinya helm tersebut kembali menghilang. Namun, setelah saya
tinggal sekitar 45 menit, helm tersebut kembali. Terpikir oleh saya untuk
menuliskan pesang dan meletakkannya di dekat helm saya.
Harapan saya sederhana, semoga orang tersebut sadar dan tak akan
melakukan hal serupa pada siapa pun. Namun, sampai sekarang saya masih terus
berdoa semoga dugaan saya mengenai helm saya dipinjam orang benar. Semoga yang
meminjam benar-benar orang atau manusia. Bagaimana saya tidak berpikiran
seperti itu, yang menjam bisa dibilang, "minjam tak bilang, balikin tak
makasih". Terdengar seperti seseuatu yang gimana gitu. Ngggak lucu kan
kalau di kosku ada hantu helm (hehe, semoga nggak muncul film horor beginian
:p)
Jujur saja, saya memang kesal dengan kelakuan para peminjam.
Terkadang kejadian-kejadian tersebut membuat saya sulit memberikan bantuan
berupa pinjaman. Namun, saya tau itu tidak benar. Bukankah selagi mampu, tidak
ada salahnya membantu?
Ya kalau barang yang dipinjamkan hilang mau bagaimana lagi. Toh
orang yang meminjam barang tersebut juga dikaruniai akal dan perasaan,
biarkanlah mereka merenungkan, semoga saja orang tersebut masih bisa merenung.
Bagi yang meminjamkan terpaksa mengalami fase kesal dan perlahan mengikhlaskan.
Seringkali seseorang mengabaikan dan menganggap orang lain
tidak penting, atau istilahnya nggampangi. Siapa sih orang yang mau
diperlakukan seperti itu.
Bagaimanapun seorang peminjam memiliki kewajiban untuk meminta
ijin (kalau tidak mau dianggap sebagai pencuri sementara) dan juga
mengembalikannya. Kalau waktu kecil saya dibiasakan oleh orang tua saya untuk
mengatakan terima kasih setelah menerima bantuan (dalam hal ini termasuk
mendapat pinjaman). Namun, banyak orang sekarang yang tidak melakukan kewajiban
tersebut dan mengabaikan hal dari pemilik barang tersebut. Menurut saya itu hal
yang buruk.
Hmm.. Tulisan ini nggak bertujuan menjelekkan, hanya ingin
mencurahkan apa yang ada dalam pikiran (biar bisa fokus belajar lagi).Bagaimana
juga, contoh tersebut bisa menjadi pelajaran bagi siapa pun, bisa pula menjadi
bahan introspeksi (termasuk bagi saya).
Menolong itu hal yang baik, namun sering terkendala prasangka
buruk dan ketakutan.
Saat meminjamkan suatu barang, harus ikhlas dan siap menanggung
resiko barang tersebut tidak kembali. Bukankah semua hanya pinjaman?
Meminjam adalah hal yang memerlukan dua pihak atau lebih, jadi
memerlukan ijin dan pemberian ijin, tapi kalau telanjur, mau gimana lagi?
Tanpa editan, saat belajar Ilmu Bahan Makanan
Kamar kos
19.00 , 19 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar